BERITA

Sri Mulyani Berambisi Banyak Koperasi Salurkan Kredit Mikro

27 August 2019

Serang, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta lembaga penyalur pembiayaan Ultra Mikro (UMi) untuk mendorong pembentukan koperasi di daerah lebih banyak lagi. Tujuannya, untuk mendorong penyaluran pembiayaan UMi yang masih seret.

Saat ini terdapat tiga lembaga penyalur yang bertugas untuk menyalurkan pembiayaan UMi yaitu PT Pegadaian (Persero), PT Penanaman Nasional Madani (Persero), dan PT Bahana Artha Ventura. Pembiayaan kepada debitur melalui lembaga penyalur yang berbentuk koperasi. Nantinya, warga bisa mendapat pembiayaan dengan bunga ringan sehingga memiliki modal untuk usaha kecil.

UMi merupakan program fasilitas pembiayaan yang menyasar usaha mikro di lapisan terbawah. Melalui program ini, pelaku usaha yang sebelumnya tidak bisa meminjam melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat meminjam pembiayaan dengan plafon maksimal Rp10 juta. Sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kontribusi pemerintah daerah dan lembaga keuangan.


"Untuk koperasi dan lembaga-lembaga yang berhubungan langsung dengan masyarakat yang sudah mapan, biasanya mampu menyalurkan (UMi) dengan cepat. Namun, untuk kelompok-kelompok yang masih belum memiliki koperasi, penetrasi menjadi sangat kecil," ujar Sri Mulyani saat mengunjungi Kampung Pojok, Desa Sindangsari, Serang, Jumat (15/3).

Sri Mulyani meminta lembaga penyalur memberi bantuan teknis bagi koperasi yang belum memiliki kapasitas mumpuni, sehingga penyaluran UMi bisa lebih cepat dan efektif. 

Sebagai catatan, hingga akhir tahun lalu, penyaluran UMi baru Rp2,1 triliun yang disalurkan kepada 846.572 usaha mikro. Padahal, pemerintah memiliki alokasi anggaran untuk UMi mencapai Rp7 triliun.

Untuk mendukung perkembangan usaha mikro penerima UMi, pemerintah menggandeng PT PLN (Persero) untuk meningkatkan jumlah desa berlistrik dari 72.141 desa pada 2016 menjadi 75.682 pada 2017. 

Selain itu, pemerintah juga melaksanakan Program Nasional Penyediaan Air Minum (PAMSIMAS). Hingga 2018, program PAMSIMAS telah dilaksanakan di 22.961 desa yang tersebar di 376 kabupaten/kota di 33 provinsi. Program ini telah berhasil menyediakan tambahan pelayanan air minum bagi 16,7 juta jiwa dan tambahan fasilitas sanitasi layak bagi 15,4 juta jiwa. 


"Dengan tersedianya listrik dan air bersih yang terjangkau, masyarakat kecil dengan usaha UMi diharapkan dapat lebih fokus dalam mengembangkan usahanya menjadi usaha kecil, menengah, dan besar," ujarnya.

Setelah usaha masyarakat desa naik kelas menjadi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pemerintah menyediakan dukungan pembiayaan yang terjangkau melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). 

UMi Diklaim Gerakan Ekonomi Desa

Sejak diluncurkan Kemenkeu pada pertengahan 2017 lalu, program UMi sampai saat ini telah menjangkau 34 provinsi dan hampir 540 kabupaten/kota. Salah satu desa yang mendapatkan manfaatnya adalah Desa Sindangsari di Kabupaten Serang, Banten.

Dalam kunjungannya di Desa Sindangsari, Serang, Sri Mulyani menyaksikan langsung hasil usaha para debitur UMi, mulai dari jajanan, kerajinan, hingga jamu tradisional. Pembangunan Desa Sindangsari merupakan bagian dari hasil sinergi antara pemerintah dan badan usaha.

"Tadi saya lihat ada yang pinjam (UMi) Rp 3 juta, ada yang pinjam Rp7 juta. Ada yang untuk jualan makanan, kerajinan, dan sebagainya," ujarnya.

Sebagian besar penyaluran UMi di Desa Sindangsari merupakan pinjaman syariah yang disalurkan melalui Koperasi Abdi Kerta Raharja (AKR). Dalam menyalurkan, lanjut Sri Mulyani, koperasi yang beranggotakan sekitar 35 ribu orang ini menggunakan skema subsidi bunga silang dengan rata-rata 6 persen. Namun, koperasi juga membayar bunga dengan skema subsidi silang.

Di Provinsi Banten, dana yang telah disalurkan mencapai Rp90,5 Miliar kepada 32.538 usaha mikro. Kabupaten Serang merupakan wilayah nomor dua setelah kabupaten Tangerang di provinsi Banten yang paling banyak menerima bantuan pembiayaan UMi yaitu di kisaran Rp15 miliar.

Salah satu warga yang mendapatkan berkah dari UMi adalah Rian Husana (38). Sekitar 11 bulan lalu, Rian mengambil pembiayaan UMi sebesar Rp7 juta untuk dicicil selama 24 bulan. Besaran cicilannya Rp360 ribu per bulan.

"Saya ingin mengembangkan usaha biar lebih maju," ujarnya.

Rian menggunakan dana yang diterimanya untuk modal usaha warung dan pempek Palembang yang telah lama ditekuninya. Dalam sehari, omzet kotornya bisa mencapai Rp1 juta. Penghasilannya digunakan untuk membiayai hidup nya bersama seorang suami dan tiga orang anak.

Awalnya, Rian mendapatkan informasi pembiayaan UMi dari salah seorang tetangganya soal pembiayaan dengan bunga yang rendah. 

Sebelum mengenal UMi, pada 2009 lalu, Rian dan suaminya menjual mas kawin yang nilainya Rp800 ribu untuk modal usaha. Dalam perjalanannya usahanya jatuh bangun. Setelah memiliki tiga orang anak, Rian ingin memiliki tabungan untuk masa depan.

Menurut Rian, proses pengajuan pembiayaan UMi tidak sulit. Setelah melengkapi syarat berupa Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga (KK), pendamping yang menjadi perpanjangan tangan lembaga penyalur Pegadaian datang dan memotret usahanya. Setelah dinilai layak, modal usaha Rian cair dalam tempo 4 hari.

"Kalau ingin usahanya lebih berkembang, pinjam ke UMi kan tidak susah, tidak ribet. Kami kan enggak tahu yang aneh-aneh, asal tidak ribet kami mau," ujarnya.

Hal senada juga diungkap Sri Sulastri (40), penjual jamu gendong. Empat bulan lalu, Sri mengambil pinjaman UMi dari Koperasi AKR. Besarannya Rp2 juta untuk jangka waktu 6 bulan. Berbeda dengan Rian, Sri membayar cicilan mingguan sebesar Rp92.100 per minggu.

Cicilan tersebut menurut Sri sangat ringan mengingat penghasilannya per hari berkisar Rp50 ribu hingga Rp150 ribu.

"Alhamdulillah, modal dari UMi membantu. Terlebih, setelah suami saya sudah meninggal dunia," ujarnya.