BERITA

Nilai Koperasi Selaras Dengan Gaya Hidup Milenial

07 October 2019

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Generasi Optimis (GO) Indonesia, Frans Meroga pangambean Mengatakan nilai-nilai koperasi selaras dengan gaya hidup milenial.

"Nilai-nilai koperasi, seperti demokrasi kesetaraan, keadilan dan lainnya, selaras dengan gaya hidup milenial yang mereka impikan," ujar Frans di Jakarta, Minggu.

Menurut Frans, milenial merupakan generasi yang menolak bentuk feodalime dalam politik dan juga ekonomi. Bagi para milenial yang suka gaya hidup demokratis dan egaliter, model perusahaan rintisan koperasi sangat sesuai.

"Bentuk koperasi lebih menjawab hal tersebut daripada perseroan yang mana pemiliki modal berkuasa penuh," kata Frans.

Frans menjelaskan koperasi bertumpu pada kekuatan anggotanya, telah terbukti mampu bersanding dengan kekuatan korporat bermodal besar di berbagai belahan dunia.

"Apalagi jargon "Berkoperasi itu Keren" dalam beberapa waktu terakhir sering dikumandangkan," terang dia.

Koperasi, lanjut dia memiliki kunci agar Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi dunia pada 2030.

Praktisi koperasi dan UMKN itu juga menjelaskan kekuatan ekonomi kerakyatan Indonesia yang berbasis pada semangat gotong royong seharusnya mampu menciptakan rasa keadilan bagi ekonomi Indonesia.

"Selain itu diharapkan mampu menciptakan pemerataan kesejahteraan, serta menghilangkan ketimpangan," lanjut Frans.

Mantan Menteri Koperasi Indonesia pada tahun 1993 hingga 1998, Subiakto Tjakrawerdaya memaparkan pondasi koperasi sebenarnya telah ditanamkan secara konsisten pada zaman Soeharto. Terbukti, koperasi mampu tumbuh pesat karena tingginya komitmen pemimpin pemerintahan.

"Pak Harto benar-benar melaksanakan cita-cita Bung Hatta. Seperti penyaluran pupuk yang tadinya disebar 10 pengusaha, diganti dan disebar oleh 2.000 Koperasi Unit Desa. Perusahaan-perusahaan skala besar juga didorang dan diwajibkan untuk membeli hasil koperasi," terang Subiakto.

Menurut dia, pada waktu itu visi koperasi harus mengincar targer yang lebih luas lagi yakni menguasai pasar pangan Asia-Pasifik. Waktu itu koperasi benar-benar telah menjelma menjadi sokoguru (penopang utama) ekonomi rakyat.

"Kami berharap pemerintah memberikan perhatian penuh lagi pada koperasi," harap Subiakto.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai kunci Indonesia menjadi negara dengan sistem koperasi terkuat adalah melakukan revisi Undang undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Ada beberapa hal di dalam UU yang perlu diubah agar mengikuti perkembangan, baik terkait permodalan, sumber daya manusia, kelembagaan koperasi, gerakan koperasi hingga pengembangan usaha koperasi.

"Misalnya terkait dengan gerakan koperasi yang ditempatkan sebagai pilar usaha bersama bagi sekelompok individu atau lembaga dalam melakukan usaha," kata Tauhid.

Tauhid menyatakan gerakan koperasi juga perlu mendapatkan tempat dalam skema pembiayaan perbankan dan non perbankan.